Politik Bangsawan


Menuju Kursi Terhormat

Pembukaan

Pertarungan telah dimulai sebentar lagi kita akan memilih wakil kita di dewan perwakilan rakyat ( DPR ), sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya kita ikut berpolitik karena setiap individu mempunyai hak untuk berpolitik “siapa yang tidak mau berpolitik maka ia akan didatangi seribukali politik dan barang siapa ikut dalam politik maka ia berfikir seribukali politik”. Itulah sebabnya kenapa kita harus ikut karena yang namanya politik kita tak akan lepas darinya dia bagian dari kehidupan manusia walaupun terkadang disalah gunakan, siapa yang harus disalahkan bila ternyata politik telah membunuh manusia sistemkah ataukah manusianya, pertanyaan itu memang tidak relevan tadi dari bukti yang ada kita bisa melihat kadang politik itu memang sangat kejam, yang jelas kekerasan yang ada dalam kancah politik tidak lepas dari watak manusianya.

Sistem demokrasi diindonesia yang baru tumbuh tapi ada saja yang mengotorinya. Hal ini sangat tidak kita inginkan karena hal seperti ini akan menimbulkan gejolak dalam kehidupan berpolitik. Tidaklah demikian demokrasi harusnya alat pemersatu, masyarakat indonesia yamg mayoritas proletar sangat mudah sekali dibujuk ikut dalam politik tertentu padahal mereka tahu mungkin itu salah atau mereka mungkin tidak tahu yang pasti mereka telah ikut dalam politik yang kadang mereka tidak ketahui. Demokrasi asal – asalan tidak mengenal kebersamaan yang tahu hanya kepentingan golongan, fenomena seperti ini telah kita lihat belakangan ini tidak sulit menerka apa aja yang ada dalam pikiran orang – orang yang mempunyai nafsu kekuasaan. Kekuatan ekonomi yang diandalkan tak peduli orang bilang apa yang penting dapat kekuasaan.

Kekuasaan yang mereka lupa demokrasi yang berpancasila sesuai yang dimandatkan oleh presiden pertama republik indonesia soekarno, rasa nasionalisme bukan politanisme, internasianalisme menjadi dasar politik luar negeri, lucu memang kalau mereka berpolitik dengan ancaman suatu pekerjaan mereka akan tidak lancar kalau tidak memilih partai pengusa tertentu. Hal ini ironis dengan dasar demokrasi pancasila. Beberapa bukti dilapangan telah menjadi dasar kuar bahwasannya politik indonesia adalah politik praktis sepraktis praktisnya, hingga kepraktisan itu tidak dapat diukur dengan akal sehat. Komitmen persatuan yang didengungkan sejak dulu seolah hanya suara gema yang tak bernyawa. Sila ketiga dari pancasila yang mendasari dari sila – sila seterusnya dari satu sila kesila yang lain seolah tidak mendasar, yang pasti demokrasi adalah alat pemersatu bukan pemecah belah seperti apa yang terjadi sekarang, para elit politik yang seharusnya menjadi contoh malah bertindak tak bermoral sehingga masyarakat kesal menjadikan mereka tidak percaya lagi kepada elit politik



By : Edik Susanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.